oke

Selasa, 17 Juni 2014

Sekedar Melawan Lupa (Edisi Bojongsari)

BMT Nurul Huda Purbalingga merupakan lembaga keuangan mikro masyarakat yang berprinsipkan syari’ah, yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan usahanya demi pemberdayaan ekonomi umat terutama ekonomi kecil dan menengah. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan BMT Nurul Huda Purbalingga meliputi : pemberdayaan, permodalan, pemberdayaan manajemen, dan pemberdayaan sumber daya manusia. BMT Nurul Huda Purbalingga (BMT ENHA) merupakan lembaga keuangan yang berpayung hukum koperasi dan telah mendapat izin resmi dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga (Dinas Perindustrian Perdagangan & Koperasi) / DINPERINDAGKOP dengan dikeluarkannya izin Badan Hukum No. 106/BH/XIV/20/11/2010.

BERMULA DARI KELOMPOK PENGAJIAN

Akan sangat berbeda dengan BMT pada umumnya. BMT Nurul Huda bermula dari ide para aktivis pengajian dibawah Lajnah Dakwah Yayasan Islam Nurul Huda Purbalingga yang ingin mengkonsep gerak ekonomi untuk anggotanya. Ide sederhana ini kemudian disambut baik oleh semuanya. Hingga akhir cerita KELOMPOK TABUNGAN TA’AWUN menjadi cikal bakal gerak ekonomi kelompok pengajian ini.
Iuran tabungan dari anggota untuk anggota oleh anggotapun berjalan sebagaimana layaknya koperasi. SEMBAKO adalah pilihan sederhana kelompok tabungan ta’awun untuk diperdagangkan. Bahan-bahan primer untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia (KDM) pun dimulai. Dari beras yang mengisi perut hingga sabun untuk membersihkan badan dijajakan oleh PAK GITO Wirasana, sebagai punggawa Tabungan ta’awun ini. Tersebutlah ada Mukhlasin, Mustofa, Wildan, Hanif dan beberapa aktivis yang membidani kelompok tabungan ta’awun ini. Bermarkaz di tempatnya Pak Soiman Bojongsari, ta’awun mengendalikan segala sisi geraknya.



MAN JADDA WAJADA… sesiapa yang bersungguh-sungguh ia akan mendapatkannya. Sisi ini yang tidak dipunyai oleh kelompok tabungan ta’awun. Idealisme mereka yang selangit akhirnya tumbang oleh realita. Penanganan manajemen yang semwarut hingga akhirnya terbitlah istilah “AKU RAPOPO” (Aku Rapuh dan Porak Poranda)…he he.. sekedar flash back..
Tapi apapun akhirnya… toh kita tetap meminjam istilahnya Pak Karno “JAS MERAH “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”
Kelompok tabungan inilah yang mengukir sejarah besar hingga terbitlah BMT NURUL HUDA dikemudian hari.

CAMPUR TANGAN YAYASAN

Uang dari kelompok ta’awunpun masih tetap digerakkan dengan sedikit terseok-seok. Ide besar oleh yayasan Nurul Huda sebagai induk semang pun mulai muncul.
Tindakan mengumpulkan dana pihak ke tiga dirasa sangat membahayakan kalau tidak berpayung hukum. Cerita punya cerita KSU ROKHIS yang selama ini badan hukumnya parkir dilemari yayasan mulai dilirik.
Ide besar yayasan adalah, bagaimana kalau sekup penggalangan dan pelayanan bisa dibesarkan dan diperluas jangkauannya. Akhirnya dengan berpayung di KSU ROKHIS pada sisi unit jasa keuangan, mulailah berjalan sekitar tahun 2009. SIMPANAN DAN PEMBIAYAAN pada KSU ROKHIS.  Tetap bermarkaz di tempatnya bapak Soiman usaha ini terintis.

Madi Hakim, ST pun digandeng oleh Ustadz Furqon Syuhada. Kajian demi kajian, hingga analisa membesarkan KSU ROKHIS pun mulai dilakukan. Anjangsana dan silaturahmi ke BMT ARAFAH Solo terjadi. Wal hasil bermodal seadanyapun jadilah BMT.

Buku sederhana ini menjadi saksi sejarah cikal bakal berdirinya BMT NURUL HUDA
Bermula dengan  menggandeng 1 karyawan bernama Edi Priyanto  BMT kecil ini berjalan…
Hal yang sangat ironis karena membuat bmt hanya bermodalkan nekad dan coba-coba.


Mengkayuh sepeda kumbang sejenis inilah untuk menarik tabungan ke desa-desa. Melelahkan tapi mengasyikan kalau sekedar cerita untuk melawan lupa. Jarum-jam meloncat diangka demi angka. Ada ide untuk menambah karyawan bernama Dedi setiawan, A.Ma. Orang ini lebih energik karena telah berpengalaman dibidang lembaga keuangan sebelumnya di BMT EMAS. BMT besar di kota ini.
Perjalanan mungkin tidak mengkayuh sepeda kumbang lagi, tapi sedikit ngetren menggunakan motor.

Motor sejenis ini awal mula ikut menorehkan sejarah. Motor ini telah berjasa besar ikut membesarkan Nurul Huda hingga seperti hari ini. Jangkauan setelah menggunakan motor  miliknya Dedi ini lebih luas, Mulai Kutasari, Bojongsari hingga ke kecamatan tetangga yakni Bobotsari

Inilah sosok Dedi setiawan. Bersama Edi, ia bermimpi besar untuk memajukkan UJKS ROKHIS. Perjalanan sejarah yang fantastis. Dengan gaji yang sangat minim, dan management yang semrawut UJKS ROKHIS berjalan apa adanya.

Perjalanan ini masih terkawal dengan manis oleh Sang Kreator bernama Madi Hakim, ST. Lulusan ITB Teknik mesin ini bercita-cita ingin membumikan praktik perbankan syariah yang besar dan benar. Keterbatasan ruang waktu dan intensitas bertemu dengan praktisi di lapangan memaksa ia harus  memenej dengan remote control karena beliau berada di Kepulauan Matak. Hanya sesekali waktu saja bila berada di Purwokerto ia sempatkan untuk rapat kordinasi dengan rekan-rekan yang ada di lapangan. 
Praktis segala sisi teknis maupun non teknis adalah 2 orang ini yang menghandel. 

Sebagai manajer bayangan yang tidak ngantor adalah Riyanto. Sosok inilah yang sering menasehati dua orang ini untuk selalu sabar diatas rel juang ekonomi syariah. Dedi dan Edi adalah dua sejoli yang akrab, tapi berlainan karakter. Edi passive dan pendiam, sementara Dedi agressif dan cerewet.
SDM tidak ada yang mumpuni, Manajemen belum ada yang menguasai, Modal berupa duit juga tidak seberapa, Kantor sebagai markaz untuk memulai usaha juga masih numpang di tempate pak soiman yang sama sekali jauh dari kesan kantor.


Setahun kemudian masuklah pak jaiz Sutoyo. Orang ini pendiam, tapi ia terbekali pengalaman dalam sisi market. Atas pertimbangan dari Pak Riyanto, Mahluk ketiga di UJKS ROKHIS pun akhirnya direkrut. Tiga orang ini kemudian bergabung menjadi tiga serangkai untuk menciptakan ide-ide kreatif yang konstruktif.
Membasmi RIBA tentu visi dan misi yang tak pernah lekang dari awal mula berdiri lembaga ini. Dan tiga serangkai ini selalu sepakat untuk berkomitmen.
Darah segar menggerakan roda bmt dibawah payung UJKS "ROKHIS" pun mengalir. Dukungan dana dan daya dari masyarakatpun mulai ada. 


Inilah papan nama awal sebagai tanda bahwa bengkel tempatnya pak soiman yang sederhana ini ternyata juga merangkap sebagai kantor sebuah lembaga keuangan.


BELUM SELESAI.........

Faktor yang mendorong didirikannya BMT Nurul Huda Purbalingga adalah adanya kenyataan bahwa umat islam, khususnya warga Muslimin di Kabupaten Purbalingga jumlahnya cukup besar yang pada umumnya tingkat ekonomi mereka tergolong pada kelas menengah kebawah dan usaha-usaha ekonomi yang mereka lakukan adalah usaha kecil dan menengah sehingga perlu mendapatkan sentuhan.

Berdasarkan hal tersebut, maka timbul pemikiran untuk menghimpun kaum Muslimin yang jumlahnya cukup besar sebagai kekuatan sumber dana dan apabila kita dapat dengan amanah, aman, dan profesional, tentu akan menjadi kekuatan modal untuk memberdayakan ekonomi umat. Disamping itu dana yang berupa jariyah, infaq, dan shodaqoh dari kalangan Kaum Muslimin  dapat dihimpun melalui BMT Nurul Huda Purbalingga yang akan disalurkan bagi kaum dhuafa yang membutuhkan.
Kegiatan utama BMT Nurul Huda Purbalingga adalah menghimpun dana dari masyarakat baik berupa titipan amanah, investasi mudharabah ataupun berupa infaq, shodaqoh dan jariyah untuk selanjutnya disalurkan dalam bentuk pembiayaan baik untuk usaha produktif maupun konsumtif serta talangan dana yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan prinsip syariah Islam berdasarkan qaidah fiqih dan dalil-dalil syar’i yang dapat dipertanggung jawabkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar